Pengaruh Barat dalam Persuratan Melayu Awal di Malaysia Western Influence in Early Malay Literature in Malaysia

Main Article Content

Mohamad Saleeh Rahamad

Abstract

This paper is a historical analysis of Western influence in Malay literature in Malaysia since the emergence of written literature until the early period of modern literature. Beginning with historical and epic literature produced in the 17th and 18th centuries, Malay literature continued to touch on the image of the West both in terms of genre and the internal elements of the text. Abdullah Munsyi who sided with the colonial officials has shown his intellectual impact that sided with the West in terms of civilization. Further to that, modern literature in Malaysia which began to develop in the 20s continues to open up the space for the discourse of occidentalism. Occidentalism channeled through modern literary works in Malaysia in the 20s resulted from the relationship that took place between Malay intellectuals and the academic world in Egypt which was open to the entry of ideas from France. By the 20s, Malay novels have shown Western influence in terms of ideas and civilization that are considered pure by indigenous authors. They accommodated these values ​​with social movements in Malaya and made the discourse of Occidentalism pro-Western. The same is seen in the 30s when the influence is still contagious in addition to the birth of counter views that respond to the values ​​of Western civilization as a trigger of moral decay in society. The effects of urbanization make the city an image of social decay because that is where Western values ​​gather that fill the hedonistic entertainment space. This historical observation will give a picture of the face of Occidentalism in Malaysia in the early period of its clash with the West.


Makalah ini bersifat análisis historikal tentang pengaruh Barat dalam persuratan Melayu di Malaysia sejak kemunculan sastera bertulis sehingga periode awal sastera modennya. Bermula dengan sastera sejarah dan epik yang terhasil dalam abad ke-17 dan 18, sastera Melayu terus menyentuh citra Barat sama ada dalam soal genre mahupun unsur dalaman teksnya. Abdullah Munsyi yang berdamping dengan pegawai kolonial telah memperlihatkan kesan intelektualnya yang menyebelahi Barat dari segi peradaban. Lanjutan daripada itu, sastera moden di Malaysia yang mula berkembang pada dekad 20-an terus membuka ruang pewacanaan oksidentalismenya. Oksidentalisme yang disalurkan melalui karya sastera moden di Malaysia pada dekad 20-an ini terhasil daripada hubungan yang berlaku antara intelektual Melayu dengan dunia akademia di Mesir yang terbuka kepada kemasukan idea dari Perancis. Menjelang dekad 20-an, novel-novel Melayu sudah memperlihatkan pengaruh Barat dari sudut idea dan peradaban yang dipandang murni oleh pengarang peribumi. Mereka mengakomodasikan nilai tersebut dengan gerakan sosial di Tanah Melayu dan menjadikan wacana oksidentalisme bersifat pro-Barat. Demikian juga yang terlihat dalam dekad 30-an apabila pengaruh itu masih menular di samping lahir pula pandangan kontra yang menanggapi nilai peradaban Barat sebagai pencetus kerosakan akhlak dalam masyarakat. Kesan daripada urbanisasi menjadikan kota sebagai citra kebobrokan sosial kerana di situlah berhimpunnya nilai Barat yang mengisi ruang hiburan yang hedonistik. Pemerhatian yang bersifat historikal ini akan memberikan gambaran wajah oksidentalisme di Malaysia pada periode awal pertembungannya dengan Barat.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section
Articles